Episode sebelumnya: Setelah 8 kali mencoba melamar beasiswa, akhirnya saya berhasil mendapatkan sponsor lewat LPDP. Tapi drama belum selesai. Masih ada episode berikutnya, yaitu kebimbangan memilih kampus. Bagaimana ceritanya?
[Siap-siap ya, episode ini panjangnya melebihi sinetron Tersanjung :p]
2 Comments
Sekali coba apply beasiswa langsung lolos! Siapa yang ngga mau? Tapi kalau kalian berharap mendapatkan kiat mujarab dari artikel ini, siap-siap kecewa karena faktanya ini adalah cerita tentang kegagalan saya mendapatkan beasiswa sampai tujuh kali! Memasuki jenjang perkuliahan, dunia pasti menjadi berbeda, bahkan bisa jauh berbeda, dibandingkan dengan kehidupan di tingkat sebelumnya. Dalam hal tanggung jawab, pasti lebih banyak yang harus dipikirkan, apalagi jika kita tinggal jauh dari keluarga. Hidup sebagai anak kos bisa jadi membahagiakan tapi juga mengenaskan, terutama ketika akhir bulan, dompet kosong, tugas menumpuk, dan kiriman jatah bulanan belum sampai, jatuh sakit pula. Peribahasanya, sudah jatuh, tertimpa duren! Tidak dipungkiri, tujuan berkuliah pasti ingin memperdalam ilmu di bidang yang kita pilih. Tapi apakah itu artinya kita harus belajar terus-terusan agar "sukses"? Apa benar kehidupan perkuliahan seindah model-model di brosur kampus? Kalau kalian pengen kehidupan perkuliahan lebih seru sekaligus bermakna, simak tips-tips berikut ya!
Kita tentu sering mendengar banyak asumsi beredar mengenai guru di Indonesia; sebagian besar menggaris bawahi rendahnya kualitas guru-guru tersebut. Apakah memang separah itu?
Faktanya, berdasarkan data UNESCO dalam Global Education Monitoring (GEM) Report 2016 yang dilansir dari RuangGuru, jumlah guru di Indonesia sudah mencapai 3.9 juta; sayangnya kualitas guru kita menempati ukuran ke-14 dari 14 negara berkembang di dunia. Sebanyak 25% guru belum memenuhi syarat kualifikasi akademik dan 52% di antaranya belum memiliki sertifikat profesi. Mungkin kamu bisa bilang, menjadi guru bukankah sebuah panggilan hati? Asalkan cinta anak-anak dan suka mengajar, seseorang sudah bisa jadi guru yang baik donk. Betul memang, dua sifat tersebut salah satu modal yang bagus untuk menjadi guru. Namun, tentunya, jika seorang calon guru mendapatkan pendidikan yang memadai sebelum terjun ke medan kelas, kemampuan dan kepercayaan dirinya akan meningkat berkali lipat. Pertanyaan selanjutnya, seperti apakah pendidikan guru yang baik? Apakah sekolah keguruan yang ada saat ini sudah berkualitas? The 4th week of February 2013 was remarkable dates to me and 5 other friends (Kiss, Ifah, Isti, Rindy & Rina). It was the first time for us going abroad with our own itinerary and our own finance, and what made it more exciting is we went there because we were selected as speakers in 9th CamTESOL International Conference on ELT! Actually we didn’t put high expectation when we sent our abstracts to the committee of the conference. We realized that we were still students—at that time—while other speakers must be experienced teachers and professors, but yeah, we finally made it! |
Archives
January 2019
Categories
All
AuthorNajib chooses a path to be an educator, just like two Indonesian prominent scholars whose names combined into his, which are Prof. Nurcholis Majid & Emha Ainun Najib. Had been teaching Primary level students in Ananda (2013-2015) & Al-Jabr Islamic School (2015-2018), he is currently pursuing his Master's degree in University College London, majoring Curriculum, Pedagogy and Assessment. |